Oscar 2020, Parasite, dan Kekuatan Public Relations
Tadi pagi
saya menyempatkan streaming Oscar
2020. Saya nggak pernah streaming ajang
beginian, tapi saya bener-bener kagum. Performing
arts nya keren, seperti medley original
score film yang dinominasikan atau nyanyian Billie Elish untuk sesi Memorian
Oscar. Selain performing arts, speech para
pemenang juga jadi poin yang ditunggu dan untuk tahun ini, speech memorable dimenangkan oleh Bong Jo-Hoon, sutradara Parasite.
“The most personal, is the most creative.”
Ada beberapa
film besar yang mendominasi ajang ini, seperti Joker; Once Upon A Time in
Hollywood; 1917 dan Parasite. Film-film ini banyak dibicarakan saat penayangannya.
Parasite
menjadi salah satu film yang menarik, karena Parasite adalah film Asia pertama
yang berhasil memenangkan ajang oscar di luar nominasi foreign film. Bahkan tidak hanya satu nominasi, tapi 3 nominasi
lain termasuk di dalamnya nominasi tertinggi yaitu Best Picture.
Masuknya
Parasite dalam Oscar 2020 menjadi obrolan yang menarik antara Garin Nugroho dan
Marisa Anita sebagai host Oscar di
Indonesia. Garin berkomentar tentang bagaimana public relations menjadi salah satu kunci berhasilnya Parasite di
ajang Oscar.
Public relations punya peran penting mengibarkan nama
film agar dilirik oleh Academy Awards. Tentunya proses publikasi film nggak
boleh setengah-setengah, harus full dan didukung oleh dana besar. Kemampuan lobbying PR juga menjadi hal yang
penting untuk memuluskan film foreign ke
ajang ini.
Jawaban Bang
Garin selaras dengan komentar Bang Adib Hidayat dari Billboard Music Indonesia.
Ha? kok njelujur ke dunia musik?
Jadi saya
sempat interview tentang potensi
musisi Indonesia untuk masuk ke ajang Grammy Awards. Bang Adib pun juga
bercerita bahwa lobbying dan akses
menuju panitia menjadi hal yang penting.
Public Relations dan Kredibilitas
Apalah arti
suatu program / produk bagus, tapi tak diketahui orang lain. Dalam bauran
P.E.N.C.I.LS dari Thomas L. Harris, Public Relations mempunya peran
publikasi yaitu menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang
aktivitas perusahaan yang pantas diketahui orang lain, untuk memeroleh
tanggapan positif dari publik (Wahid & Puspita, 2017).
Dalam
konteks industri hiburan, khususnya industri film, review-review positif dari kritikus dan media menjadi senjata yang
bagus untuk menembus ajang penghargaan.
Parasite
sendiri, pernah ramai dibahas di Indonesia. Menjadi trending topic dengan berbagai ulasan positif di media sosial yang
memantik ulasan di media mainstream. Banyaknya
review positif tentu akan menciptakan image
yang positif dan kredibilitas dari film itu, sehingga kelayakan film
menjadi nampak dan bisa dipertimbangkan.
Selaras
dengan pernyataan Firman Bintang, Ketua Pelaksana seleksi film Indonesia untuk
Oscar sekaligus Ketua PPFI, “Film yang dibuat harus memenuhi atau minimal
mendekati kriteria penilaian juri Oscar dan harus diseleksi berdasarkan standar
Komite khusus tadi.”
Firman juga
menambahkan dengan adanya peningkatan sistem keikutsertaan film di ajang Oscar
dan festival Internasional, suatu film akan semakin dilirik tanpa sebelah mata
(Sinarharapan, 2019).
Tapi publikasi
saja tidak cukup. Kita juga perlu menjemput bola dengan melakukan lobbying. Suatu pendekatan untuk
mencapai tujuan. Dalam konteks film di ajang oscar, bagaimana caranya agar film
yang dibuat bisa masuk di nominasi-nominasi yang ada dengan argumentasi yang
sudah dipersiapkan oleh PR. Hal ini menjadi cara agar panitia ajang penghargaan
semakin yakin untuk memberikan porsi.
Voila! PR yang bagus juga berperan dalam
suksesnya film di ajang penghargaan.
Kemenangan Parasite, Optimisme Asia
Mungkinkah
film Indonesia bisa menembus pasar ini? Tentu saja bisa! tentunya dengan
kombinasi produksi film yang apik dan strategi public relations yang mumpuni.
Kualitas
film Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peran PR di sini menjadi
hal yang penting untuk mempublikasikannya. Belajar dari Parasite, kita nggak
boleh setengah-setengah. Harus rela mengeluarkan dana besar, bahkan mungkin
rela rugi untuk meraih tujuan jangka panjang, karena strategi public relations bukan hanya untuk balik
modal dari segi bisnis seperti pemasaran, tapi bagaimana film itu menjadi lebih
bemakna di mata publik dan stakeholder nya.
========================================================================
Source:
Komentar
Posting Komentar