Menikmati Seni Kontemporer dalam "Rumah"
Saat ini lah era di mana manusia bebas
berekspresi! Mengekplorasi ide-ide “gila” di luar imaji tanpa ada penilaian
benar atau pun salah. Yah begitulah seni kontemporer di mana manusia
tidak lagi terkungkung dalam seni tinggi atau rendah. Bebas berekspresi,
berkreasi, dan berfantasi dengan dunia imaji yang tak terbatas.
Kali ini Museum Seni Rupa dan Keramik
Jakarta bekerjasama dengan para eksponen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
Institut Seni Indonesia Yogyakarta Angkatan 1991 berusaha mengemas seni kontemporer dengan asyik dan penuh
makna. Hal tersebut tersalurkan dalam Eksibisi NUSARUPA #1 dengan tema Home/Rumah.
Di Dalam Rumah, Ku Temukan Ekspresi Jiwa
Hal menarik dari eksibisi ini adalah
struktur ruangan yang dibentuk layaknya sebuah rumah. Ketika masuk ke dalamnya
maka kita selayaknya masuk ke dalam sebuah rumah yang penuh dengan karya-karya
hasil ekspresi jiwa pembuatnya. Dalam
ruang eksibisi tersebut kita akan menemukan ruang tamu, ruang belajar, dapur, ruang
tidur, bahkan kamar mandi! Jadi di sini pengunjung dapat menikmati karya seni kontemporer dalam rumah yang nyaman.
Pada eksibisi ini akan ada beragam seni kontemporer yang dapat dinikmati.
Bukan hanya seni lukis, tapi pengunjung juga akan menemukan seni kriya, fotografi
dan lain sebagainya.
Dan kali ini saya akan berusaha
mengajak readers memasuki rumah yang nyaman dan berjiwa.
Di depan rumah, pengunjung akan
bertemu dengan “hewan peliharaan” si pemilik rumah. Sebuah karya 3D bernama “Lady Doggy”. Karya ini merupakan buah
kreasi dari Wahyu Santosa pada tahun 2012.
Memasuki rumah ruangan pertama yang
akan ditemui adalah ruang tamu. Di ruang tamu ini, pengunjung akan disuguhi
dengan lukisan “Late Lunch” karya
Haris Ichwan dan lukisan “Huma #1” karya
Deny Susanto.
Suasana ruang tamu yang homey dalam Eksibis Nusarupa #1 |
Late Lunch karya Haris Ichwan |
Jika dilihat lebih seksama, ada quotes menarik pada lukisan late lunch.
“We will never have a perfect
world
but it’s not romantic
or naïve to work
toward a better one.”
Well,
sebuah quotes yang mampu memotivasi pengunjung untuk terus berubah ke arah
yang lebih baik walaupun kesempurnaan duniawi itu memang tak akan pernah
diraih!
Huma #1 karya Snod |
Lukisan Huma #1 juga cukup menarik. Kalau saya sendiri menafsirkan, di sini
saya menangkap bahwa “Snod” sapaan Denny, berusaha untuk menceritakan fenomena
rumah atau pemukiman yang dialihlahankan menjadi produk komersil para konglomerat,
dalam hal ini lapangan golf.
Di ruangan ini, pengunjung dapat
menikmati hasil fotografi Lateevhaq dengan judul “Dialog Bedhaya” yang menceritakan
tradisi dalam budaya Jawa melalui tarian bedhaya yang dikemas dengaan fotografi.
Dialog Bedhaya oleh Lateevhaq |
Selain
itu pengunjung dapat menikmati batik “Rajah
Semesta Rindu” karya Kaji Habeb. Semesta rindu sendiri bermakna rumah, di
mana karya ini menjadi poret keinginan untuk kembali kepada Yang Terindukan.
Batik Rajah Semesta Rindu dan Lukisan Kembang Nusa |
Batik yang digantungkan ini akan mengantarkan kita pada ruangan lain dalam rumah. Di situ pengunjung dapat menemukan tiga lukisan apik karya anak bangsa. Ada lukisan "Kembang Nusa" karya Feintje Likawati, lukisan "Cahaya" karya Bunga Jeruk, dan lukisan "Berenang di Pasifik" karya R. Tosan Tri Putro.
Memasuki
bagian rumah yang lain, pengunjung dapat menikmati beberapa lukisan apik yang juga penuh makna.
Seperti
halnya lukisan “The Freedom and Happiness”
tentang kebebasan dan kebahagiaan di tengah “tekanan” kehidupan, lukisan “Homage to Hegemony”, ataupun “Welcome”.
Lorong menuju bagian dalam rumah |
The Freedom and Happiness karya I Made Arya Dwita Dedok |
Welcome karya Rizal Misilu |
Hal menarik dari karya “Welcome” ini adalah bagaimana Misilu ingin menceritakan bahwa kebahagiaan di dalam rumah adalah ketika ada orang terkasih yang siap menyambut kedatangan kita.
Selanjutnya pengunjung akan dibawa ke ruang kerja dari si pemilik rumah. Di sini pengunjung dapat mengetahui bagaimana proses kreatif pembuatan animasi. Selain itu, pengunjung juga dapat menambah ilmu tentang budaya Jawa melalui Visual Book Astrologi Jawa "PRANATAMANGSA" karya Anton Rimanang.
Jika Anda Jamban unik |
Manakah wajahmu? |
Ranjang "Over Sleep" dan mix media "I Love You" |
Angel's Baby (?) |
Devil's Baby (? |
Chrocodilus Nishikigoi dan lukisan karya Dwi Setianto |
Lanjut menuju dapur ada dinner sets karya Yustoni Volunteero yang berlukiskan berbagai macam hal dan lukisan "Ganja Medis" karya Tommy Tanggara.
Beralih ke ruangan lainnya ada sebuah lukisan 3D yang menarik karya Mahendra Dewa Suminto. Lukisan berjudul "Relief Sukuh" ini ingin memberikan suasana nyata bagi dalam menikmati relief pada masa Mahabarata.
Relief Sukuh yang dapat dinikmati dengan kacamata 3D |
Sebenernya ada banyak sekali karya-karya yang belum saya sebutkan, namun karena keterbatasan, saya tidak dapat mengabadikan dan memberikan seluruh informasi mengenai karya-karya pameran tersebut.
Selesai sudah perjalanan singkat mengunjungi "rumah" Nusarupa #1. Bagi readers penikmat seni ataupun tidak rasanya tidak boleh melwatkan eksibisi yang satu ini karena sensasi dan karya seni kontemporer yang dipamerkan benar-benar menakjubkan. Melalui eksibisi ini, sudah sepatutnya kita bangga akan karya anak negeri dan terus mengapresiasi karya-karya merek.
Well, bagi readers yang tertarik buat datang bisa langsung mengunjungi Museu Seni Rupa dan Keramik Jakarta pada tanggal 18 - 27 Agustus!
Komentar
Posting Komentar