Menapaki Sejarah di Langit Semarang

         Jalanan lenggang, hanya bus-bus dan truk-truk besar yang lalu lalang dengan kecepatan tinggi. Sesekali sepeda motor muncul dengan kecepatan yang luar biasa pula. Pasar Banyumanik pukul 4 pagi. Sepi, hal yang wajar. Di tengah kesepian itu, aku tertidur di kursi halte yang telah berkarat. Menunggu jemputan dari kawan lama ibuku yang penuh dengan pengalaman.
         Menunggu memang hal yang paling menyebalkan. Terlebih lagi ketika kamu harus menunggu di kota orang lain. Hanya jiwa, tas, handphone, dan ibu yang menemanimu. Membuatmu nyaman bahwa semua akan berjalan baik-baik saja.
         Kurang lebih satu setengah jam aku menunggu. Langit telah berubah menjadi biru cerah. Dingin yang sedari tadi merayap, mulai meninggalkanku dan berganti dengan udara yang lembab. Khas sekali dengan Kota Semarang  yang berada di dataran rendah.Tak ada hal lain yang ku inginkan selain mandi dan mengistirahatkan tubuhku, setelah 7 jam berada di bus yang membuatmu tak bisa tenang.
        
==================== FINALLY TAKE A REST! YEEEAAYY =====================

          Ku buka mataku, waktu telah menunjukkan pukul 09.00 WIB. Ah, mengapa waktu berjalan begitu cepat, padahal aku ingin menghabiskan waktu dengan TIDUR. Tapi aku harus bangun, karena aku tak punya waktu banyak untuk menjelajahi kota ini.

FIRST AGENDA!
         Pergi ke rumah lama Mbahku (baca: Kakek), letakknya sih sangat ........................... terpencil. Untuk menemukan rumah mbahku, aku harus bertanya ke sana kemari dan bersandar pada insting ibuku, Di tengah panasnya cuaca Kendal, kami bersaing dengan waktu untuk menemukan rumah itu dan akhirnya rumah itu ketemu juga. Tapi sayangnya, rumah itu sudah  tak karuan!

Antara Pabrik Udang dan Rumah Tua

          Apa yang pertama kali Anda pikirkan ketika melihat rumah seperti gambar di bawah ini? Rumah tua tak berpenghuni? tempat pembuangan sampah? yah sah-sah saja jika berpikiran seperti itu namun rumah ini bukanlah rumah kosong yang serta merta tak dimiliki siapapun. Rumah ini masih sah milik dari salah seorang veteran, yang karena keadaannya harus meninggalkan rumah. Rumah ini bukanlah tempat pembuangan akhir dari pabrik yang tak memiliki hak kuasa atas tanah dan bangunan di atasnya.
Di tengah limbah
           Coba pikirkan bagaimana jika tiba-tiba ada orang yang membuang sampah ke rumah kita tanpa izin pasti kita akan marah, apalagi jika itu dalam jumlah yang besar. Sekalipun rumah itu tidak kita tinggali dalam waktu yang lama, namun membuang sampah dalam hal ini limbah tentu saja bukan hal yang dapat dibenarkan. Memang sebuah pabrik membutuhkan tempat untuk membuang limbahnya. Namun membuang tanpa seizin pemilik rumah tersebut tentu bukanlah hal yang tepat! Mengapa mereka bisa bertindak sewenang-wenang seperti itu? Di manakah AMDAL yang harus dilaksanakan oleh pabrik tersebut? Apakah itu hanya sekedar peraturan untuk dilihat? Tentu saja bukan!
           Yah, begitulah sifat dasar manusia. Egois, suatu hal yang telah mendasar namun sangat mengerikan jika terus dipeliharan. Semoga saja, masalah rumah ini bisa segera terselesaikan dan tak ada rumah-rumah lain yang harus menjadi korban dan kerakusan pabrik besar.





         

Komentar

Postingan Populer