Pengingat Terbaik adalah Kematian
Akhir-akhir ini, berita duka rasanya sudah biasa aja. Setiap hari orang-orang di sekitar, entah tetangga, temennya keluarga, atau siapapun itu, bertebaran via media sosial maupun toa masjid dekat rumah.
Sejujurnya, pikiran nakal sempat merasuki saya. Akhir-akhir ini pula saya di fase "Buat apa hidup?". Hidup terasa plain. Entah mengapa Aku tidak bisa menikmati hidup seperti orang lain, tanpa stress mikir utang, mikir masa depan. Berbagai buku motivasi, video seld development, bahkan curhat sama psikolog udah ku lakukan. Ngefek, tapi kayak karet, mental lagi. Harus diingetin terus. Hingga hari ini saya mendengar kabar duka dari salah satu rekan seprofesi. Kami tidak begitu dekat, tapi saya sering mengamati sepak terjangnya di media sosial. Di tengah usianya yang menurut saya sudah terlalu tua untuk ukuran radio anak muda, tapi Mas satu ini terus mengembangkan dirinya. Bikin konten announcing di Tik-Tok, bikin konten play list lagu dan lain lain yang dia coba lakukan secara konsisten. Menurutku itu keren sih. Walaupun jika dibandingkan yang lain, mungkin dia tidak sepopuler yang lain #imo.
Mendengar berita duka ini cukup membuat ku getir. Menjadi pengingat lagi. Kenapa dengan mudahnya Aku putus asa males hidup, padahal belum benar-benar menikmati hidup. Masih ada pengalaman yang ingin dilalui, masih ada keluarga yang mungkin jarang ku sapa dengan baik, malah fokus cari orang lain dan duniawi yang nggak ada habisnya. Memang lebih mudah melihat kekurangan daripada kelebihan, terlebih ketika kita hanya fokus pada keinginan. Mungkin saja sebenarnya Tuhan sudah mengabulkan permintaan atau kita masih ditahan untuk waktu terbaiknya.
Masih perlu banyak banyak belajar. Jika asa mulai hilang, ingat lagi ingat lagi bahwa kita berharga. Ada pengalaman menanti untuk diselami.
Selamat jalan Mas Rachman, penyiar MFM Radio Malang. Karyamu luar biasa!
Komentar
Posting Komentar