Sebuah Cerita Ketika Tarawih
Ini postingan late post banget! Niatnya diposting waktu puasaan kemarin, eh tapi gak sempet mulu. Daripada lapuk di laptop, walau udah telat banget, tetep diposting ajalah. Happy reading guys :)
=====================================================================================
Tarawih! Ibadah
yang satu ini sangat sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Mengapa?
Karena ibadah ini dilakukan dengan jumlah rokaat yang lumayan banyak. Sehingga
tak jarang pikiran kita melayang ke mana-mana, apalagi ketika ayat yang
dibacakan oleh Imam cukup banyak hehe.
Well, kisah ini tak jauh dengan
namanya KONSENTRASI. Sebuah kata yang
sering diucapkan dan menjadi petuah tapi susah banget buat dilaksanain. Jadi,
pada suatu malam aku sholat tarawih nih. Kebiasaan pada sholat tarawih (dan
sholat jamaah yang lain hehe) biasanya adalah mengikuti gerakan orang yang
berada di depan kita, apalagi ketika Imamnya berada jauuuuuhhhhhh dari kita
dengan suara yang lirih. Maka jurus ngikut depan, pasti dilakuin. Nah,
pada tarawih bagian ke tiga akhir, semua orang di depanku dan deretanku duduk
di antara dua sujud akhir namun si Imam berdiri dan berdoa kembali. Kebodohanku
adalah aku gak ngitung jumlah rokaat yang dilalui. Ya udah, aku mah
ikut-ikut aja. Setelah salam, kebiasaan lagi nih yaitu ngomongin kejadian yang
baru aja terjadi sama orang di sebelah kita. Aku cuma pengin memastiin sih,
kenapa kita salah rokaat bareng!
Ternyata eh ternyaataa bukan kita
yang salah. Imamnya yang salah! Itu sih kata saudaraku. Jadi pada bagian ke
tiga sholat kita jumlah rokaatnya bukan dua melainkan tiga. Lalu saudaraku
bilang, “seharusnya ada yang ngingetin” and
I say yes! Bener juga kenapa gak ada yang ngingetin yaa. Padahal kita semua
tahu, kecuali aku sih yang pikirannya lagi ngelantur hehe. Ketika gak ada yang
ngingetin apakah jamaah yang lain pikirannya
ngelantur kayak aku, gak yakin sama jumlah rokaatnya, atau takut dan bingung
gak tahu cara ngingetinnya? Well, sepertinya kita harus mulai merubah sikap
kita sebagai jamaah!
Gak hanya Imam yang punya aturan dan
jadi kambing congek hehe (iya nih biasanya Ibu-ibu suka ngrasani Imam yang bacaannya panjang ….) tapi kita sebagai makmum
pun juga punya etiket. Yah seperti cerita di atas, kita mulai coba lebih
konsentrasi dan mengingatkan Imam ketika salah. Lagipula pas jaman sekolah kita
udah diajarin kan gimana caranya ngingetin. Hayooo, pada tahu gak caranya? Aku
juga lupa sih hehe. Kita sebagai makmum juga jangan nyalahin Imam, yah
introspeksi diri juga lah! Sama halnya kayak di kehidupan kita nih gengs! Entah
itu di kelas, organisasi, ataupun bahtera rumah tangga haha, ketika kita
menjadi makmum atau anggota kita harus punya etiket.
"Mengingatkan Imam atau pemimpin kita ketika salah dan selalu berusaha terbaik dalam menjalankan tugas."Jangan cuma melimpahkan semuanya kepada Pemimpin kita dan bagi Imam ataupun pemimpin pun harus mampu menjadi tauladan yang baik dan mendengarkan anggotanya. Kalau udah gini, pasti semua bisa beres!
Well, that’s one of my story! Semoga
cerita di atas bisa bermanfaat. Bye, see you on another story reader!
Komentar
Posting Komentar